Semua yang pertama kali senantiasa istimewa, begitu juga dengan kehadiran anak pertama. Semua terasa baru, aneh, bahkan mungkin kurang menyenangkan tapi juga ajaib...
Bayangkan seorang calon anak sedang bertumbuh di perutmu. Setiap saat terasa mual, dan hampir setiap pagi muntah, tetapi menurut dokter kandungan justru perasaan mual itu tanda bahwa anak sedang bertumbuh. Yang paling terasa bagiku adalah perasaan mengantuk yang amat sangat, jadi ketika bertahun-tahun kemudian rasa kantuk yang amat sangat ini kembali menyerang saya tahu sudah waktunya membeli alat pemeriksa kehamilan.
Keajaiban lain yang terasa selama mengandung adalah ketulian sementara. Benar, untuk sementara waktu aku menjadi sedikit tuli, budek mungkin istilah yang lebih tepat (entah istilah ini masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia atau tidak hehehe...). Ketulian itu mengganggu pekerjaanku, dalam berbicara dengan orang saya harus minta tolong orang mengulang perkataannya dua atau tiga kali, sungguh memalukan! Rasanya ketidak seimbangan itu sangat mengganggu, bila berdiri lama terasa pusing, demikian juga tatkala saya mengendarai mobil. Karena itu ketika memasuki usia kehamilan tujuh bulan, saya terpaksa berhenti sementara dari pekerjaan.
Sempat berobat ke THT, tapi berdasarkan pemeriksaan kondisi telinga saya baik-baik saja. Pesan dokter hanya satu, minum vitamin yang cukup dan bila setelah melahirkan masih terasa tuli baru kembali ke dokter. Ternyata kondisi "tuli" itu memang hanya terjadi selama kehamilan.
Tonjolan-tonjolan tinjunya atau tendangan kaki mungilnya membuat perutku seperti permukaan laut yang bergelora, terkadang menonjol di kiri, terkadang naik di kanan, gepeng ke kiri...gepeng ke kanan.
Kenaikan berat badanku tidak terlalu banyak, 11 kg sudah cukup membuat tubuh senantiasa terasa panas dan semakin besar usia kandungan semakin tidak tahan menahan buang air kecil. Kebetulan saat mengandung itu hampir bersamaan dengan Kris Dayanti (KD) yang mengandung anak pertamanya. Kalau tidak salah kenaikan berat badannya 27 kg...(apa salah ya?!) wah tidak tebayangkan... Saya sering melihatnya dipotret adik saya, jadi tambah terasa betapa ajaib pemberian Tuhan. Sementara saya menjadi setengah "lumpuh" karena "tuli", KD dengan genderang yang lebih besar tetap aktif dalam kegiatannya menyanyi dan pemotretan. Lagu "Timang-timang anakku sayang..." ikut mewarnai masa-masa awal kehadiran anakku. Sayang sekali biduk rumah tangga KD saat ini sudah terburaikan gelombang kehidupan yang memang ganas. Sebenarnya anak adalah perekat dari setiap bahtera, dengan Tuhan yang menjadi jurumudi utama. Terkadang kita melupakan keduanya, dan sibuk berkutat dengan ego dan kebutuhan masing-masing.
Kelahiran putra pertamaku juga terasa ajaib. Pada bukaan delapan tiba-tiba tiada gerakan sama sekali. Selang oksigen sudah sedari tadi menempel di hidungku, sementara dokter juga tidak kunjung hadir. Kehadiran perawat dan bidan yang sangat telaten memberi semangat (bahkan memijatku) membuat penantian yang terasa lama sekali itu tidak terlalu mengerikan. Karena itu dalam memilih rumah bersalin sangat penting untuk memiliki perasaan nyaman dan aman di tangan bidan dan perawat yang membantu persalinan. Ketika bukaan sepuluh tiba tiba-tiba justru kedua pahaku dirapatkan, ternyata dokter kandunganku sudah tiba...jadi menunggu dia menolong kelahiran. Ajaib tentunya melihat anak sebesar 3,3 kg keluar dari dalam perutku melalui lubang kecil yang tidak sesuai dengan ukuran kepalanya. Apalagi kemudian saya tahu bahwa penundaan di bukaan delapan itu adalah akibat sang bayi terlilit tali pusar. Beruntung tidak terjadi kecelakaan fatal, bayiku bisa keluar dengan selamat. Bahkan nilai APGARnya 10/10...Puji Tuhan!
Keajaiban lainnya (yang tentunya merupakan keajaiban untuk semua anak yang lahir) adalah rasa lelah yang sempat terasa, tiba-tiba sirna begitu saja seketika mendengar tangisan bayi yang kencang. Anak yang lahir dengan selamat membuatku bersyukur dan merasakan kedamaian yang nyaman, akupun jatuh tertidur...dan terbangun hanya dengan rasa bahagia untuk kesempatan berjumpa dan mendekap bayiku secara langsung.
No comments:
Post a Comment