Saturday 30 November 2013

Rumah Adalah Tempat Hati Berada

Dalam bahasa Indonesia, kata 'rumah' mewakili semua arti dari rumah, bisa sebagai sebuah benda untuk tinggal (house) dan bisa juga untuk menggambarkan sebagai tempat tujuan kita pulang (home). Ketika menulis "Rumahku Adalah Investasiku" di wikimu.com, saya tidak bermaksud mengecilkan arti rumah sebagai tempat tujuan untuk pulang. Ketika memutuskan untuk membeli rumah, sebenarnya tujuan pertama saya adalah untuk memiliki tempat berkumpul bersama keluarga, tempat yang menjadi rumah tempat kami kembali setelah bekerja dan berkelana. Ya, rumah adalah tempat dimana hati berada.

Ketika pertama kali tinggal di Serpong, saya masih ingat sering merasa janggal mendengar tetangga saya berkata, "Saya mau ke Jakarta hari ini..." "Halooo...memangnya kita tinggal di mana?" demikian saya membatin, tidak terucap karena menjaga sopan santun. Ternyata setelah beberapa tahun tinggal di BSD saya juga mulai membedakan Serpong dengan Jakarta sebagai bagian yang terpisah. Ya iyalah...Serpong itu kan bagian dari Tangerang Selatan, Propinsi Banten, sementara Jakarta itu Daerah Khusus Ibu Kota. "Saya jarang ke Jakarta, hampir semua kegiatan saya lakukan di sekitar rumah," itu adalah perkataan saya yang sudah menjadikan Serpong sebagai rumah saya, dan membuat teman-teman saya gantian menertawakan saya.

Sekarang, setelah tiga belas tahun tinggal di BSD, tempat ini sudah menjadi 'rumah' bagi saya. Yang saya miliki bukan hanya rumah tempat saya tinggal dan melihat pertumbuhan anak-anak saya, melainkan secara keseluruhan saya memiliki komunitas di tempat ini. Komunitas-komunitas yang menunjang pengembangan diri saya dan keluarga. Komunitas-komunitas yang menjadi keluarga baru yang saling berbagi dan saling memperhatikan.

Anak-anak yang bersekolah dalam jarak tempuh yang relatif dekat membantu saya untuk tidak stress di jalan. Ketika saya bekerja paruh waktu, saya juga mendapatkan pekerjaan yang dekat dengan rumah. Bahkan ketika saya memutuskan untuk bekerja secara penuh, saya juga memilih untuk bekerja tidak jauh dari rumah. Sebenarnya sempat terpikir untuk kembali bekerja sebagai arsitek karena pembangunan di daerah Serpong yang begitu pesat, tetapi di lain pihak saya menemukan panggilan melayani di bidang pendidikan. Pilihan ini selain memungkinkan saya untuk memiliki waktu libur yang sama dengan anak-anak, juga dimungkinkan karena cukup banyaknya pilihan sekolah di daerah BSD.

Dari segi tempat rekreasi seperti mal, kolam renang, lapangan golf, taman kota, BSD boleh dianggap cukup lengkap. Nama Daan Mogot yang tadinya hanya saya kenali sebagai nama jalan menjadi lebih jelas eksistensinya sebagai pahlawan nasional karena keberadaan Monumen Lengkong. Sarana untuk konser atau pertunjukan kesenian yang cukup serius tampaknya masih menjadi kebutuhan untuk daerah Serpong terutama BSD. Tentu saja ada alternatif tempat seperti Balai Pertemuan Puspitek, tetapi kapasitas dan kualitasnya untuk pertunjukan masih kurang memadai. Tampaknya gedung teater Sinar Mas World Academy cukup memadai untuk konser atau pertunjukan skala kecil, tetapi mungkin juga tidak disewakan atau biaya sewanya cukup tinggi.

Anak tertua saya yang ketika pindah ke BSD baru berusia dua tahun, kini sudah remaja yang duduk di bangku SMA. Kini, ia seringkali tidak ingin lagi ikut acara kami ke Jakarta karena sudah punya janji dengan teman-temannya, entah janjian di Teras Kota, atau di rumah salah seorang temannya. BSD City sudah menjadi rumah tempatnya bertumbuh, tempat kami sekeluarga kembali ke rumah.