Lagu "Anak" itu memang menyentuh aku, jauh sebelum aku mengenal kata pacar. Ketika mengikuti retret rohani, dalam sebuah sesi meditasi kami diperdengarkan lagu itu...lalu diminta mengingat orangtua masing-masing. Isak tangis segera muncul, mungkin rasa bersalah dan rasa rindu bercampur aduk... Maklum usia belasan adalah usia pemberontakan, jadi tidak ayal sentilan lagu itu terasa cukup berarti.
Setelah menikah arti lagu ini lebih tajam terasa. Setelah lama bimbang dan ragu, akhirnya aku menikah di usia 30 tahun, bukan usia yang muda untuk ukuran orang Indonesia. Selain doa untuk kelanggengan pernikahan itu sendiri, tidak terlupa doa untuk segera punya momongan. Menikah di awal tahun, jawaban doa datang menjelang penghujung tahun. Kalau tidak salah bulan Oktober adalah saat terakhir sel telur gugur untuk menyiapkan tempat baru bagi sel yang lebih segar. Waktu itu sempat meminta melalui doa kepada Santo Antonius dari Padua (novenanya bulan Juli kalau tidak salah) karena itu ketika anak sulungku lahir bulan Juli nama baptisnya adalah Antonius.
Ya kehadiran sang buah hati adalah jawaban dari doa-doa ayah dan bunda. Ada yang menantikannya sebentar, ada pula yang bertahun-tahun menanti...
Anak adalah keajaiban yang diberikan Tuhan. Bagaimana benih kecil yang merupakan perpaduan dari ayah dan bunda bertemu dan berkembang dalam rahim adalah sebuah misteri keajaiban yang dititipkanNya kepada orangtua.
Doa tidak selalu terkabulkan. Ketika aku masih kecil, sering kuberdoa meminta adik perempuan, tidak pernah kuperoleh. Ketika sudah menikah dan punya anak lelaki satu, kuingin menimang anak perempuan...malah mendapatkan kembar lelaki. Apapun yang diberikanNya tetap adalah keajaiban yang bertumbuh di dalam rahim seorang ibu.
Kemudian anak manis yang awalnya senantiasa disebut "malaikat kecilku" itu bertumbuh...lalu "tanduk" mulai tumbuh pula...baik di kepala sang anak, maupun di kepala sang bunda. Belum lagi masalah-masalah dalam kehidupan yang menjadikan "tanduk-tanduk" itu tumbuh lebih subur.
Kenangan manis yang ada ingin kugoreskan di dalam blog ini, agar tidak terlupakan dalam pendeknya ingatan. Untuk mengingatkan ketika "tanduk" itu mulai muncul...mereka adalah anak-anak panah titipan Ilahi! Sembari berdoa agar mampu menjadi pasangan busur yang kokoh dan mampu digunakanNya melontarkan anak panah ke sasaran yang tepat, kuingin ingatan akan malaikat kecil yang masih selalu tampak hadir ketika mereka sedang tertidur pulas hadir bersamaku.
Anak juga menjadi cermin dalam lingkaran kehidupan ini, bagaimana kita menatap diri yang bertumbuh menjadi besar dan bercermin akan sikap pribadi terhadap orang tua, menjadi jalan untuk lebih mengerti persimpangan jalan dimana kita memilih jalan yang berbeda.
No comments:
Post a Comment